PAKAN ALAMI ARTEMIA
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2012
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Zooplankton seperti halnya organisme lain hanya dapat
hidup dan berkembang dengan baik pada kondisi perairan yang sesuai seperti
perairan laut, sungai dan waduk. Zooplankton merupakanplankton berupahewan, padamulanyaorganism
tersebutdiklasifikasikankedalamkelompokzooplankton
tetapidenganseiringperkembanganpenelitianmakaterungkapsifatmikrotrofimakaadatingkatan yang
mampumemproduksi makanansen diri (fotosintesis). Peranan zooplankton
menempatiposisi
penting dalam mantai makanan dan jaring – jaring kehidupan di perairan
(Fachrul, 2007).
Fitoplankton memegang peranan yang sangat pentingdalam
suatu perairan, fungsi ekologinya sebagaiprodusen primer dan awal mata rantai
dalam jaringmakanan menyebabkan fitoplankton sering dijadikanskala ukuran
kesuburan suatu perairan. Tingkatberikutnya adalah pemindahan energi dari
produsen ketingkat tropik yang lebih tinggi melalui rantai makanan.Zooplankton
merupakan konsumen pertama yangmemanfaatkan produksi primer yang dihasilkanfitoplankton.
Peranan zooplankton sebagai mata rantaiantara produsen primer dengan karnivora
besar dankecil dapat mempengaruhi kompleksitas rantai makanan dalam ekosistem
perairan.
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut
secara pasifkarena terbatasnya kempuan bergerak. SebutsajaArtemiasalina. Udang
air garam (Artemia)
adalahfilumArthropoda,
kelasCrustacea. Artemia
adalahzooplankton,
seperti copepoda dan Daphnia yang digunakan sebagai makanan hidup untuk ikan
tawar dan laut. Ada lebihdari 50 strain geografis Artemia.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makala ini agar pembaca dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan plankton khususnya zooplankton serta
peranannya dalam kegiatan budidaya dan mampu nerapkannya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan Alami : Artemia
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting
dalampembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hiasair
tawar karena ukurannya yang sangat kecil. Disamping ukurannya yang kecil, nilai
gizi Artemia juga sangat tinggi dan sesuai dengan kebutuhan gizi untuk larva
ikan dan krustacea yang tumbuh dengan sangat cepat. Sampai saat ini Artemia
sebagai pakan alami belum dapat digantikanoleh pakan lainnya. Artemia biasanya
diperjual belikan dalam bentukkista/cyste, sehingga sebagai pakan alami Artemia
merupakan pakanyang paling mudah dan praktis, karena hanya tinggal menetaskan
kistasaja. Akan tetapi, menetaskan kista Artemia bukan suatu hal yangdengan
begitu saja dapat dilakukan oleh setiap orang. Sebabmembutuhkan suatu
keterampilan dan pengetahuan tentang penetasanitu sendiri. Kegagalan dalam
menetaskan kista Artemia barakibat fatalterhadap larva ikan yang sedang
dipelihara.
2.2 Klasifikasi
Menurut
Bougis (1979) dalam Kurniastuty dan Isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum : Anthropoda
Phylum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas :
Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia :
Artemidae
Genus : Artemia
Spesies :
Artemia salina
2.3 Morfologi
Pada tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami
moulting. Artemia dewasamemiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas
tangkai mata pada kedua sisibagian kepala, antena berfungsi untuk sensori. Pada
jenis jantan antena berubah menjadialat penjepit (muscular grasper), sepasang
penis terdapat pada bagian belakang tubuh.Pada jenis betina antena mengalami
penyusutan. Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan
menetas dalam waktu 24-36 jam. Larva artemia yang baru menetas dikenal dengan
nauplius. Nauplius dalampertumbuhannya
mengalami 15 kali perubahan bentuk, masing-masing perubahanmerupakan satu
tingkatan yang disebut instar (Pitoyo, 2004). Artemia salina dewasa (San
Francisco ras) tumbuh selama 5-6 minggu pada 80-literakuarium
digunakanuntukmengisolasi hemoglobin ekstraseluler.
2.4 Ekologi
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran
suhu 25-30 derajat celcius.Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga
100 derajat celcius. Artemia dapatditemui di danau dengan kadar garam tinggi,
disebut dengan brain shrimp. Kulturbiomasa artemia yang baik pada kadar garam
30-50 ppt. Untuk artemia yang mampumenghasilkan kista membutuhkan kadar garam
diatas 100 ppt (Kurniastuty danIsnansetyo, 1995).
2.5 Reproduksi
Chumaidi et al., (1990) menyatakan bahwa perkembangbiakan
artemia ada dua cara,yakni partenhogenesis dan biseksual. Pada artemia yang
termasuk jenis parthenogenesispopulasinya terdiri dari betina semua yang dapat
membentuk telur dan embrioberkembang dari telur yang tidak dibuahi. Sedangkan
pada artemia jenis biseksual,populasinya terdiri dari jantan dan betina yang
berkembang melalui perkawinan danembrio berkembang dari telur yang dibuahi.
2.6 Penetasan cystae Artemia
Sutaman (1993) mengatakan bahwa penetasan cystae artemia
dapat dilakukan dengan 2cara, yaitu penetasan langsung dan penetasan dengan
cara dekapsulasi. Cara dekapsulasidilakukan dengan mengupas bagian luar kista
menggunakan larutan hipoklorit tanpamempengaruhi kelangsungan hidup embrio.Cara
dekapsulasi merupakan cara yang tidak umum digunakan pada panti-panti
benih,namun untuk meningkatkan daya tetas dan meneghilangkan penyakit yang
dibawa olehcytae artemia cara dekapsulasi lebih baik digunakan (Pramudjo dan
Sofiati, 2004).
Subaidah
dan Mulyadi (2004) memberikan penjelasan langkah-langkah penetasan dengancara
dekapsulasi, sebagai berikut:
1. Cystae artemia dihidrasi dengan menggunakan airtawar
selama 1-2 jam;
2. Cystae disaring menggunakan plankton net 120 mikronm
dandicuci bersih;
3. Cystae dicampur dengan
larutan kaporit/klorin dengan dosis 1,5 ml per 1gram cystae, kemudian diaduk
hingga warna menjadi merah bata;
4. Cystae segeradisaring
menggunakan plankton net 120 mikronm dan dibilas menggunakan air tawarsampai
bau klorin hilang, barulah siap untuk ditetaskan;
5. Cystae akan menetas setelah18-24 jam. Pemanenan
dilakukan dengan cara mematikan aerasi untuk memisahkan cytaeyang tidah menetas
dengan naupli artemia.
Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan)atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius – (- 4 derajat celcius) dan digunakan sesuaikebutuhan.Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kistasetelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulatdan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudiancangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Padasaat ini panen segera akan dilakukan.
Pramudjo dan Sofiati (2004) cystae hasil dekapsulasi dapat segera digunakan (ditetaskan)atau disimpan dalam suhu 0 derajat celcius – (- 4 derajat celcius) dan digunakan sesuaikebutuhan.Dalam kaitannya dengan proses penetasan Chumaidi et al (1990) mengatakan kistasetelah dimasukan ke dalam air laut (5-70 ppt) akan mengalami hidrasi berbentuk bulatdan di dalamnya terjadi metabolisme embrio yang aktif, sekitar 24 jam kemudiancangkang kista pecah dan muncul embrio yang masih dibungkus dengan selaput. Padasaat ini panen segera akan dilakukan.
2.7 Pengayaan Artemia
Pengayaan (enrichment) artemia dengan menggunakan
beberapa jenis pengkaya misalnyascout emultion, selco atau vitamin C dan B
kompleks powder dilakukan selama 2 jam(Suriawan,2004).Selanjutnya diperjelas
oleh Subyakto dan Cahyaningsih (2003) bahwa pengayaan pakanalami menggunakan
minyak ikan, minyak cumi-cumi, vitamin ataupun produk komersiallainnya
membutuhkan waktu 2-4 jam untuk mendapatkan hasil yang baik. Artemia yangakan
dilakukan pengayaan adalah yang baru menetas (nauplius) (Mukti, 2004).
BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan carapengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapatmeningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) jugamemperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/l ke artemia dapatmeningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanyakelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.
BBAP Situbondo (2004) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan carapengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 ppm pada media pengayaan artemia dapatmeningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu. Syaprizal (2006) jugamemperoleh hasil dengan pengayaan vitamin C sebanyak 2 mg/l ke artemia dapatmeningkatkan kelulusan hidup benur udang windu dan diperoleh kemungkinan adanyakelulusan hidup lebih tinggi dengan penambahan dosis vitamin C.
2.8 Artemia Salina (brine shrimp)
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum
Arthopoda. Merekaberkerabat dekat dengan zooplankton lain seperti copepode dan
daphnia (kutu air).Artemia hidup di danau-danau garam (berair asin) yang ada di
seluruh dunia. Udang initoleran terhadap selang salinitas yang sangat luas,
mulai dari nyaris tawar hingga jenuhgaram. Secara alamiah salinitas danau
dimana mereka hidup sangat bervariasi, tergantungpada jumlah hujan dan
penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6 %telur artemia akan
tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini biasanya terjadiapabila
air tawar banyak masuk kedalam danau dimusim penghujan. Sedangkan apabilakadar
garam lebih dari 25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi,
sehinggadapat menetas dengan normal.
Gambar 1.
Artemia salina
Kista
tertua artemia pernah ditemukan oleh suatu perusahan pemboran yang
bekerjadisekitar Danau “Salt Great”. Kista tersebut diduga berusia sekitar
lebih dari 10000 tahun(berdasarkan metoda “carbon dating”). Setelah diuji,
ternyata kista-kista tersebut masihbisa menetas walaupun usianya telah lebih
dari 10000 tahun.
2.9 Siklus Hidup
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya
kista atau telur. Setelah 15 – 20jam pada suhu 25°C kista akan menetas manjadi
embrio. Dalam waktu beberapa jamembrio ini masih akan tetap menempel pada kulit
kista. Pada fase ini embrio akanmenyelesaikan perkembangannya kemudian berubah
menjadi naupli yang sudah akanbisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan
berwarna orange kecoklatan akibat masihmengandung kuning telur. Artemia yang
baru menetas tidak akan makan, karena mulutdan anusnya belum terbentuk dengan
sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka akanganti kulit dan memasuki tahap
larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan,dengan pakan berupa mikro
alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnyamereka tidak akan
peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahantersebut
tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak
15kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata
berukuransekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat
mencapaiukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan
mencapi 500 kalidibandingakan biomas pada fase naupli.
Gambar 2.
Artemia salina
Siklus Hidup Artemia dalam tingkat salinitas rendah dan
dengan pakan yang optimal, betina Artemia bisamengahasilkan naupli sebanyak 75
ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari)mereka bisa memproduksi
naupli rata-rata sebanyak 10 -11 kali. Dalam kondisi superideal, Artemia dewasa
bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi nauplii atau kistasebanyak 300
ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya
berubahmenjadi sangat salin dan bahan pakana sangat kurang dengan fluktuasi
oksigen sangattinggi antara siang dan malam hari.
Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40
° C. Sedangkan temperturoptimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25
– 30 ° C. Meskipun demikian halini akan ditentukan oleh strain masing-masing.
Artemia menghendaki kadar salinitasantara 30 – 35 ppt, dan mereka dapat hidup
dalam air tawar salama 5 jam sebelumakhirnya mati.Variable lain yang penting adalah
pH, cahaya dan oksigen. pH dengan selang 8-9merupakan selang yang paling baik,
sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10dapat membunuh Artemia. Cahaya
minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akansangat menguntungkan bagi
pertumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukupuntuk keperluan hidup
Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untukpertumbuhan Artemia.
Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuningatau merah jambu.
Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka
banyakmengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia
akan tumbuhdan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia untuk ikan
yang kita peliharabisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen
dalam air rendah, dan airbanyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas
meningkat, artemia akanmemakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast).
Pada kondisi demikian merekaakan memproduksi hemoglobin sehingga tampak
berwarna merah atau orange. Apabilakeadaan ini terus berlanjut mereka akan
mulai memproduksi kista.
2.10Penetasan Kista Artemia
Kista
artemia dapat ditetaskan secara optimal, apabila sarat-sarat yang
diperlukannyadapat dipenuhi. Beberapa syarat tersebut adalah:
Salinitas
antara 20-30 ppt (parts per thousand) atau 1-2 sendok teh garam per liter
airtawar. Untuk buffer *bisa ditambahkan magnesium sulfate (20 % konsentrasi)
atau ½ sendok teh per liter air.Suhu air 26 – 28 °C.Disarankan untuk memberikan
sinar selama penetasan untuk merangsang proses.Aerasi yang cukup; untuk menjaga
oksigen terlarut sekitar 3 ppm pH 8.0 atau lebih,apabila pH drop dibawah 7.0
dapat ditambahkan soda kue untuk menaikkan pH.Kepadatan sekitar 2 gram per
liter.Sebelumnya dapat dilakukan proses dekapsulisasi untuk melunakan
cangkang.Dekapsulisasi dapat meningkatkan peresentase keberhasilan sampai
dengan 10%.Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah.. Untuk mempermudah
“pemanenan”penetasan bisa dilakukan dalam akuarium berbentuk prisma terbalik,
atau berdasarkanprinsip “kamar gelap dan terang”. Pemanenan paling mudah
dilakukan dengan cara disiphon.
PenetasanArtemiadapatdilakukan, baik pada skala keci
lmaupun skala besar. Penetasan Artemia dapat pula dikerjakan didaratan maupun
di daerahpantai.Wadah penetasan Artemia dapat dilakukan dengan wadah kaca, poly
etilen (ember plastik) atau fiber glass.Ukuranwadah dapatdisesuaikan dengan
kebutuhan, mulai dari volume 1 l sampai dengan volume 1 ton bahkan 40 ton. Hal
yang penting untuk diperhatikan dalam penetasan Artemia adalah bentuk dari
wadah. Bentuk wadah penetasan Artemia sebaiknya bulat. Hal ini dikarenakan jika
dia aerasi tidak ditemukan titik mati, yaitu suatu titik dimana Artemia akan
mengendap dan tidak teraduk secara merata. Artemia yang tidak teraduk pad
aumumny akurang baik derajat penetasannya, atau walaupun menetas membutuhkan waktu
yang lebih lama. Sebelum diisi media Penetasan,
wadah artemia dicuciter lebih dahulu dengan menggunakan sikat sampai bersih. Agar
sisa lemak atau lendir dapat dihilangkan, pada waktu mencuci gunakanlah deterjen.
Media untuk penetasan artemia dapat menggunakan air laut yang telah difilter. Hal
ini ditujukan agar
Cystedarijamuratauparasittersaring.Penyaringandapatdilakukandenganmenggunakan
filter pasiratau filter yang dijual secara komersial seperti catridge filter
misalnya. Disamping dengan air laut, media penetasan Artemia juga dapat dilakukan
dengan menggunakan air laut buatan. Air laut ini dibuat dengan jalan menambahkan
garam yang tidak beriodium ke air tawar. Garam yang digunakan harus bebas dari kotoran.
Jumlah garam yang Dibutuhkan berkisarantara
25-30 g per liter air tawar, sehingga memiliki kadar garam 25-30 ppt. Setelah garam
dimasukkan maka media harus di aerasi secara kuat agar garam tercampur merata. Wadah
penetasan artemia untuk skala besar. Volume 100liter dan dapat digunakan untuk menetaskan 1–3
kaleng artemia sekaligus wadah penetasan artemia yang dibuat dari galon air
minum bekas. Volume 15 liter. Wadah penetasan artemia yang dibuat dari botol plastik
bekas air minum kemasan. digunakan untuk menetaskan artemiaskala kecil (+ 1 liter).
wadah penetasan artemia terbuat dari ember. cara dengan panen menggunakan sistem
sipon.
2.11 Dekapsulisasi
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan
lapisan terluar dari kistaartemia yang “keras” (korion). Proses ini setidaknya
akan mempermudah “bayi” artemiauntuk keluar dari “sarang”nya. Dan kalaupun
tidak berhasil “menetas”, kista yang telahdidekapsulisasi masih bisa diberikan
kepada ikan/burayak dengan aman, karenakorionnya sudah hilang, sehingga akan
dapat dicerna dengan mudah. Disamping ituproses ini juga sekaligus merupakan
proses disinfeksi terhadap kontaminan sepertibakteri, jamur dll.Bahan yang
diperlukan adalah larutan pemutih/bleaching agent (natrium hipoklorit)12.5%.
Kalau anda menggunakan produk komersial, pastikan
konsentrasi dankemungkinan adanya kandungan bahan lain. Untuk ilustrasi berikut
saya berikan contohcara untuk melakukan dekapsulisasi kista artemia sebanyak 5
gram.Rendam 5 g kista artemia (kurang lebih 1.5 sendok teh) dalam 400 ml air
tawar, beriaerasi, dan biarkan selama 1-2 jam, hingga kista tersebut mengalami
hidrasi dengan baik.Hal ini ditandai dengan bentuk kista yang sudah membentuk
bulatan sempurna.Kemudian tambahkan larutan pemutih sebanyak 27 ml. Penambahan
pemutih akanmenyebabkan kista berubah warna menjadi coklat kemudian manjadi
putih dalam waktukurang lebih 2 menit. Selanjutnya dalam 5-7 menit kista akan
berubah warna menjadiorange. Apabila 95% kista telah berwarna orange hentikan
reaksi; kemudian segera cucidengan air bersih sampai bau klorin hilang.
Kista sekarang siap ditetaskan atau bisa disimpan dalam
kulkas untuk selama 1 minggu.Apabila akan disimpan lebih lama, kista perlu
didehidarsi kembali dengan menggunakanlarutan garam 30%. Setelah didehidrasi,
kista dapat disimpan dalam kulkas untuk selama2-3 bulan.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
•
Artemiamerupakanpakanalami yang sangatpentingdalampembenihanikanlaut,
krustacea, ikankonsumsi air tawardanikanhiasair tawarkarenaukurannya yang
sangatkecil.
• Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam.
• Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kistaartemia yang “keras” (korion).
• Kista Artemia sp. yang ditetaskan pada salinitas 15-35 ppt akan menetas dalam waktu 24-36 jam.
• Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan terluar dari kistaartemia yang “keras” (korion).
• Pada
tiap tahapan perubahan instar nauplius mengalami moulting. Artemia
dewasamemiliki panjang 8-10 mm ditandai dengan terlihat jelas tangkai mata pada
kedua sisibagian kepala, antena berfungsi untuk sensori.
• Artemia
sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 derajat
celcius.Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 derajat
celcius.
• Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 ° C. Sedangkan temperturoptimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25 – 30 ° C.
• Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu -18 hingga 40 ° C. Sedangkan temperturoptimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah 25 – 30 ° C.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambas,
Zaldi. 2010.Pakan Alami : Artemia Klasifikasi
Morfologi.http://zaldibiaksambas.files.wordpress.com/2010/10/artemia-salina1.pdf. Diaksespadatanggal 12 desember 2011
D’HONDT,JAN.,
LUC MOENS, JAN HEIP, ANDR D’HONDT and MASATOSHI KONDO. 1997. Oxygen-Binding
Characteristics of Three Extracellular Haemoglobins of Artemiasalina.
University of Antwerp: Belgium
Dwirastina, Mirna. 2011. PENGAMATAN ZOOPLANKTON DI SUNGAI SIAK,INDRA PURA BAGIAN HILIR RIAU,
PEKANBARU.TeknisiLitkayasapadaBalaiRisetPerikananPerairanUmum,
Mariana-
Palembang.
Handayani, Sri dan Mufti P. Patria. 2005. KOMUNITAS ZOOPLANKTONDI PERAlRAN WADUK KRENCENG, CILEGON, HANTEN. FakultasBiologi, UniversitasNasional, Jakarta
Jusadi, Dedi. 2003. BUDIDAYA PAKAN ALAMI. DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL : Jakarta.
Handayani, Sri dan Mufti P. Patria. 2005. KOMUNITAS ZOOPLANKTONDI PERAlRAN WADUK KRENCENG, CILEGON, HANTEN. FakultasBiologi, UniversitasNasional, Jakarta
Jusadi, Dedi. 2003. BUDIDAYA PAKAN ALAMI. DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL : Jakarta.